Belum genap dua bulan mantan kekasihku menikah dengan perempuan yang terindah. Masih teringat jelas segala kenangan yang begitu menyakitkan. Hubungan yang berakhir tanpa kata putus. Terpisah karna waktu dan keadaan. Keadaan di mana dia harus menjalani hidup baru, menjalankan kewajibannya. masih jelas, dua puluh delapan hari sebelum kami merayakan satu tahunnya kami jalan bersama, aku harus melupakan semuanya. Takkan ada waktu lagi aku jalan bersamanya. Takkan ada tempat lagi yang bisa kami tuju. Hapus sudah semua mimpi tentang tempat-tempat terindah. Semua lenyap dan memang harus dilenyapkan.
Ada yang hadir dalam hidupku. Ada yang baru dalam hidupku, namun aku pun tak bisa membohongi diri sendiri dan dia yang baru. Aku masih punya cerita lama yang belum bisa murni hilang dalam ingatan. Masih aku menangis karena sakitnya luka lama. Masih aku menangis karena memori indah atas waktu yang lampau. Dan aku pun tak mau melampiaskannya kepadamu, kekasihku…
Aku tau bahwa kamu adalah laki-laki baik yang mampu berjuang demi aku. Kamu mampu menemani aku sampai kapanpun. Kamu mampu berjalan bersamaku hingga aku mengucapkan kata sayang kepadamu… Aku mungkin akan merindukanmu jika kamu pegi meninggalkanku sejenak. Tapi, maaf… aku menduakan perasaanku: sayangku ada untukmu dan masih juga untuknya…
Aku tahu kamu begitu percaya padaku. Oleh karena itu, percayalah bahwa kamu bisa membuatku belajar untuk tidak mendua. Ajari aku agar aku bisa menyimpan penuh cerita lalu agar aku punya waktu banyak menikmati cerita yang baru bersamamu. Ajari aku, bukan untuk melupakan… tapi untuk menyimpannya rapat-rapat. Bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyadari bahwa saat ini hanya ada kamu untukku…
0 komentar:
Posting Komentar