BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Senin, 04 Mei 2009

Seringai dan Perisai: versi perpisahan

Salah satu sobat gue memperkenalkan sebuah cerita tentang dua bintang yang bernama Seringai dan Perisai. Dan gue mencoba membuat analogi yang lain tentang kedua bintang itu.
Seringai dan Perisai sama seperti milyaran bintang yang lain. Mereka bukan seperi bintang kejora, bintang yang (katanya) bintang yang paling terang. Mereka pun bukan seperti bintang kelas, yang selalu diingin-inginkan oleh manusia di bumi sana.. Mereka sama-sama berada dalam gugusan bintang yang ada. Mereka berada di anatar milyaran bintang yang ada dalam suasana langit.

DALAM PERMULAAN
Betapa beruntungnya Seringai bertemu dengan Perisai. Dan Perisai pun tidaklah gampang mendapatkan Seringai. Milyaran bintang yang serupa, namun mereka dapat saling menemukan sinar yang paling terang buat mereka berdua. Namun, buat mereka permulaan bukanlah suatu titik awal dari segalanya. Bahkan, menurut mereka… semuanya patut diakhiri sebelum semuanya dimulai. Namun, apa yang mereka rasakan takkan bisa dipungkiri. Mereka pun membuat suatu permulaan atas nama pengakhiran di masa depan.

Tak terasa sudah hampir selama satu tahun Seringai berbagi masalah, berbagi stress, berbagi rasa, dan berbagi semangat juang dengan Perisai. Perisai tahu bahwa betapa cerewet, bawel, dan “tukang ngatur”-nya si Seringai. Perisai juga tahu betapa egois dan temperamentalnya si Seringai. Tapi, buat Perisai… itulah yang menajdi nafas hidupnya. Karna Seringai, Perisai bisa merasakan tawa, marah, geleng-geleng kepala, atau bahkan merasakan tangis yang belum pernah ia rasakan sebelumnya…

Namun, bagi Seringai… Perisai adalah si empunya sinar yang paling terang dan merupakan bintang yang mau berbagai sinar kepadanya. Walaupun Perisai sedang sakit, dia mampu memberikan sebagian sinar agar Seringai tetap bisa tersenyum.

Dan bagi Perisai… Seringai adalah si empunya semangat yang tak kunjung asa dan merupakan bintang yang mau berbagai semangat dan doa saat Perisai kehilangan akal sehatnya.

Semua begitu indah…

DALAM PENGAKHIRAN
Dan hingga saatnya, Perisai harus pergi untuk selamanya. Pergi dalam kehidupan Seringai karena dia harus membagi sinarnya yang lain kepada bintang yang tepat. Seringai rapuh. Tapi mau tak mau, memang itu yang harus dia hadapi. Walaupun Seringai berharap akan datangnya waktu yang lebih lama, kenyataan itu tetap akan dia hadapi. Kenyataan yang telah dia takutkan saat dalam sebuah permulaan.

Seringai bertambah rapuh karena masih banyak janji-janji Perisai yang belum dia tepati. Sebelum pergi, Perisai berjanji padanya bahwa Perisai akan mengajak Seringai ke perbatasan atmosfir. Perisai juga berjanji untuk mengajak Seringai ke tempat yang paling indah, melihat debu-debu yang berkilauan hingga membentuk cincin untuk Planet Saturnus. Tapi sekarang, itu hanya tinggal omong kosong belaka. Janji-janji itu semua akan menjadi angan-angan dan cita-cita bagi Seringai.

Akhir-akhir ini, Perisai memang tidak memberikan apa yang telah dia janjikan kepada Seringai. Perisai tidak memberikan apa yang diinginkan oelh Seringai. Tapi, Seringai sadar bahwa Perisai telah memberikan apa yang tidak dia bayangkan sebelumnya. Perisai mengajarkan tentang hidup. Perisai mengajarkan apa arti kata berjuang dan tetap tersenyum meski saat kita jatuh sekalipun. Perisai selalu mengajarkan Seringai ajar dia tak perlu khawatirkan asumsi orang lain. Dan yang Seringai tahu, Perisai jelas-jelas memberikan pelajaran yang paling sulit untuknya: IKHLAS.

Ikhlas adalah kata yang sangat menyakitkan untuk Seringai. Seringai harus ikhlas menerima bahwa Perisai akan meninggalkan sinarnya bukan untuknya lagi. Ikhlas bahwa Perisai takkan bisa menerima sinarnya sepenuh hati. Ikhlas bahwa Perisai akan kembali bersama milyaran bintang yang lain dan kadang akan tertutup awan hitam, dan Seringai pun takkan bisa menemukannya lagi…

Dan ikhlas bahwa tepat 27 hari sebelum satu tahunnya rasa mereka diungkapkan, Perisai berkata bahwa itu adalah hari terakhir mereka berdua bertemu dan tertawa bersama. Serta ikhlas bahwa 3 jam sebelum Perisai menyerahkan sinarnya kepada bintang yang lain, Seringai mendapat genggaman tangan yang terakhir dari Perisai. Hangat. Ikhlas: takkan ada tetes air mata lagi di depan Perisai. Hufff…



Seringai: “Perisai, aku takkan berharap banyak akan datangnya sinar yang baru… karna aku takkan pernah tahu, kapan sinar yang pertama aku temui dulu akan redup seketika… Namun, aku akan tetap tersenyum untuk bahagiamu…”

Perisai: “…aku tetap berharap, kamu akan menjadi bintang yang paling terang bagi yang ada di sekelilingmu. Berikan sinarmu untuk mereka. Dan sinar itu pun akan semakin terang walau sinarmu yang pertama telah berada di kejauhan. Mungkin, aku takkan bisa melihatmu lagi. Tapi aku yakin, kau akan tetap bersinar dan selalu tersenyum… Jaga diri kamu baik-baik.”



[melepasmu_drive.mp3 is playing]

0 komentar: