Telah lama Perisai menunggu sang Seringai. Sudah tak terhitung banyak peluh perisai berlari ke arah Seringai. Sudah tak terhitung lagi banyak cerita atas mereka berdua. Dan tak terhitung pula Perisai menghantam pagar kawat yang ada di sekitar Seringai.
Malam ini, layaknya sebuah telenovela. Mereka berdialog bukan dalam kata-kata. Mereka bermain cahaya. Cahaya yang berkedip-kedip, memperindah bentangan langit hitam yang menjadi layar kisah mereka.
Entahlah, mungkin memang semua indah tepat pada waktunya. Ketika sang Perisia mulai ragu akan perjuangannya demi Seringai, langit berkata lain. Ketika Perisai mulai meredupkan cahayanya perlahan-lahan dan menjauh dari Seringai, langit bercerita lain. Dan ketika Perisai mulai goyah dan hampir jatuh ke bumi karna sakit atas luka yang diberikan oleh Seringai, langit memberi akhir cerita yang lain.
Langit ternyata memberikan kisah yang teramat indah. Kisah yang sempurna untuk mereka berdua. Seketika itu pula Perisai berdiri kokoh tanpa goyah. Seketika itu pula Perisai mempunyai cahaya yang paling terang untuk Seringai. Dan seketika itu pula Perisai akan menjadi perisai bagi Seringai. Itu semua karna langit telah berkata: “Perisai, inilai Seringaimu…”
Perlahan-lahan pagar kawat yang ada di sekeliling Seringai, dilepasnya. Perlahan-lahan Seringai pun berlari ke arah Perisai, takkan pernah lagi ia menoleh ke belakang dan berlarut dengan kisah yang telah membuatnya terlena dalam angan. Yang ia seharusnya ia ingat adalah sejuta peluh dan waktu yang telah Perisai berikan selama ini kepadanya. Yang seharusnya ia ingat adalah sejuta tahun cahaya yang telah Perisai tempuh untuk berlari mendekatinya. Yang seharusnya ia ingat adalah sejuta kedipan yang telah Perisai ucapkan untuk membuatnya mampu untuk berjuang demi hidup.
Malam ini, sungguh indah.
Dua bintang saling bertelenovela.
Berdialog dalam kedipan cahaya. Tanpa henti. Tanpa jarak. Membuat langit semakin terang. Membuat bintang yang lain pun ikut iri. Membuat bintang yang lain juga ingin bertelenovela.
Hingga malam hampir berganti pagi.
Bintang besar sang raja cahaya pun perlahan muncul, mengalahkan cahaya mereka.
Namun, takkan pernah ada yang tahu bahwa dua bintang itu semakin bertelenovela.
Saling berbagi cahaya tanpa henti.
Berbagi makna hidup.
Berbagi cinta.
Dan mereka pun masih bertelenovela dalam cinta.
“sebab semua bintang pasti punya rasa cinta, tapi tidak semua memiliki cinta…”
-untuk sahabat yang sedang penuh cinta-
Kamis, 18 Juni 2009
.telenovela atas nama bintang dan itu tentang cinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar