BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Senin, 04 Mei 2009

TV-One bikin geleng-geleng

[re-written dr minggu pertama januari 2009]


Part I
Jujur, selama gue di kost, gue jarang banged liad tipi. Kalo diitung frekuensinya dalams eminggu, palingan gue cuman satu ampe dua kali nonton tipi. Itu pun udah bersyukur banged. Paling maksimal dengan durasi 30-60 menit. Hidup serasa di dunia pedalaman tanpa ada informasi yang masuk melalui salah satu produk dari media siar tersebut.

Gue sebenarnya gak benci-benci amat sama televise tapi juga gak senng-seneng amat. Di kampus, dosen-dosen gue (mayoritas seolah-olah) menyerukan: “matikan televisimu!”. Seruan mereka pun beragumen sangat kuat. Berdasarkan pada riset-riset sebelumnya yang menunjukkan bahwa televise memberikan pengaruh negative pada anak-anak, khususnya. Dan ditambah dengan kenyataan yang ada, televise Indonesia pun dipenuhi dengan sinetron-sinetron “gak mutu”, begitulah istilah yang sering dipakai oleh mereka yang sama sekali gak selera ngeliadh sinetron.

Nah, pas liburan semester ini gue jadi lebih sering nongton tipi (yang berwarna! Gak kayak nasib tipi tunner gw! Hiks.) Gue jadi sering mencat mencet tombol remote tipi (hape jadul gue jadi punya saingan sekarang). Pilah pilih acara apa yang pas buat jiwa autis gue ini.

Tiba-tiba bokap gue duduk di belakang gue dan dengan kecepatan kilat bak gundala si putra petir sedang beraksi, bokap langsung memainkan jari-jarinya (yang jempol semua itu) di atas tombol remote tipi.

*channel no. 0 on: TV ONE* [Berita Petang]

Bokap memilih TV One untuk memuaskan dirinya. Rupanya tayangan berita yang saat ini ditontonnya tinggal 3/4. Maksudnya, dikit lagi tayangan tersebut udah mo selesai.

Gue pun berusaha untuk ikut menikmati. Yah, daripada gak ada tontonan lain… Hingga saatnya dua presenter acara berita tersebut memberikan closing. Saya tidak hapal persis closing yang dilakukan dua presenter tersebut, tapi yang jelas… begini gambaran kasarannya:

Presenter Wanita (PW)
“… blablabla (mengatakan bahwa insert berita yang baru saja ditayangkan merupakan berita terakhir)… saya… (menyebutkan nama. Tidak termasuk hobi, makanan kesukaan, dan zodiak.)”

Presenter Pria (PP)
“… dan saya… terimakasih…”

PW & PP
“…” (tidak bersuara apa-apa dan berusaha menahan senyum sampai sang switcher mengganti tampilan). Backsound suara-suara tembakan dan lagu sendu telah muncul (kamera pun mengambil Long Shot dua presenter tersebut). Tiga detik berlalu, kamera masih menyorot mereka berdua. Tampaknya ada yang tidak tahan dengan keadaan seperti ini.

PW
(Sambil menoleh kea rah PP) “Kenapa, sih gak langsung gambar aja?” *suara bocor mode: on*

PP
(spontan, yang tadinya tetep standby menghadap kamera, langsung meoleh si PW. Entahlah, kedua orang itu tau atao nggak kalo audio clip on mereka masih di volume normal)

Dan untungnya, sang switcher pun langsung mengganti video yang ingin ditayangkan. Alhasil, video mengenai dramatisasi Perang Palestina dan Israel muncul di layar tipi gue… Heleh… bocor audio lagi… audio lagi…

Part II
Ternyata, TV One gak cuman bikin gue geleng-geleng sekali aja. Dan kejadian terulang lagi di dalam bulan yang sama, Januari, di saat gue menikmati liburan dan tipi berwarna. Ironisnya lagi adalah, gue menemukan kesalahan di dalam program yang sama, yaitu Kabar Petang. Gue gak hapal persis seperti apa kronologisnya (buat gue, tayangan berita bukanlah tayangan yang mudah dihapal dengan sekali lihat), yang jelas…

Ceritanya, yang di studio punya insert berita berupa liputan live di suatu tempat. Nah, kan tiba gilirannya liputan live, nih di’take. Berikut kira-kira audio yang gue nikmatin dari depan tipi:
Pewawancara (P):
“… baik, pemirsa… saya akan mewawancarai… blablabla…”
10 detik wawancara berlangsung normal aja. Tapi saat si pewawancara sedang asik berceloteh ria tiba-tiba…

Camera person:
“… Sembilan apa sepuluh?!”
(suara laki-laki itu terdengar lebih keras disbanding si reporter yang berjarak kurang lebih 50cm dari kamera). Sang reporter tetap melanjutkan pembicaraannya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Atau mungkin, dia juga gak tau kalo ada kebocoran. Dua detik kemudian, suara yang sangadh annoying itu pun kembali muncul:
“… Sembilan apa sepuluh?! Gimana, sih>! Tadi katanya Sembilan!!”
(kata, tuh campers tanpa dosa. Sekarang intonasinya semakin tinggi. Mungkin kalo tuh campersnya muncul di layar, kita bisa ngeliat urat-urat di lehernya yang kayak orang varises, kali!)

Gue yang di rumah cuman bisa geleng-geleng kepala sambil berujar:
“ngopo e, pak dhe? Madang, urung??”itulah kata maksiat dari temen-temen kuliah gue, si Bang Niko.

Well, akhirnya… beberapa menit kemudian liputan tersebut pun berakhir juga. Sempet deg-deg-an juga, gue. takut kalo kebocoran terus terjadi sepanjang insert berita ditampilan. *kok, malah gue yang was-was, yak??*

Hmmm… gue sempat mikir kenapa si campers mpe ngomong, gitu. Mungkin dia bingung sama aba-aba FD (floor director) yang di situ, kali yak. Kayak waktu ikut FIAT kemaren, yang selalu jadi bahan evaluasi adalah soal aba-aba itu… hehehe…

Dalam kapanlagi.com, disebutkan bahwa TV One memang mempunyai porsi 70% untuk berita dan stasiun televise ini lebih diposisikan untuk kaum menengah ke atas (kata Erick Thohir, Direktur Utama TV One). Tapi, apakah dngan penyajian yang kurang maksimal ini dapat membuat audience mempunyai persepsi bahwa TV One merupakan stasiun televise yang inovatif dan edutainment, sama seperti yang diharapkan oleh Bapak Erick Thohir?

Hmmm… mungkin mungkin kesalahan-kesalahan teknis ini merupakan suatu kebetulan yang amat kebetulan buat saya. Kebetulan, saya yang nongton. Kebetulan terjadi dalam bulan yang sama. Dan, kebetulan dalam satu program acara yang sama. Yapz! Itu memang suatu kebetulan yang amat sangat kebetulan, bukan?

Kalo menurut gue, ironis banged, sih… TV One memberikan porsi program berita lebih diprioritaskan, namun SDM, khususnya, yang berada di bagian backstage, ternyata masih perlu memprioritaskan profesionalisme mereka dalam pekerjaan. Buat apa penyiar handal, tapi kalo para tim operatornya tidak handal… Penyiarpun pun tidak akan bisa bekerja maksimal. Tapi kata dosen gue, gaji di TV One lebih gede dibandingin Metro TV… tapi, kok pekerja broadcast-nya kurang maksimal?



Kesalahan-kesalahan teknis ini mungkin dapat dikategorikan sebagai hal yang manusiawi dan dapat per-maklum-an dari audience yang imperfectionist dan murah hati. Tapi, masih ada keprihatinan lainnya yang dialami oleh audience lainnya terhadap penyajian salah satu program berita, program yang menjadi andalan dalam konsep TV One. Ada dalam salah satu situs yang berisikan mengenai keprihatinan seorang ibu dengan celetukkan presenter dalam “Selamat Pagi Indonesia”.

Oia, ada yang kelewat. Ketika suasana tahun baru masih terasa… ketidaknyamanan gue terhadap program berita TV One juga ikut melengkapi. Memang, TV One mempunyai format berita yang presenternya lebih interaktif dengan presenter lain. Tapi, kadang-kadang terlalu santai dan sedikit jayus. Pada saat, ada laporan dari studio yang di pekan baru… sang presenter pun agak sedikit sombong terhadap dua presenter yang berada di studio Jakarta. Mungkin, lebih tepatnya: “ingin menunjukkan kesalahan orang lain”. Begini kata, presenter yang dari studio pecan baru: “ya, mungkin …. dan … (menyebutkan dua nama presenter di studio Jakarta). Tadi belum mengucapkan selamat tahun baru untuk pemirsa di rumah, maka saya atas nama kru dan kerabat kerja TV One mengucapkan selamat tahun baru 2009 bagi pemirsa TV One di rumah…” Dua presenter yang merasa tersindir itu pun cuman bisa senyam senyum ajah. Weleh…

Dan mungkin, masih banyak lagi keprihatinan-keprihatinan yang ada dalam dunia pertelevisian, tidak hanya TV One saja. Dan gak tau kenapa, sekali gue dikasih kesempatan nonton TV dengan waktu yang lebih banyak… Eh! Malah gak dibuat gak nyaman. Adaaaa… aja kesalahan teknis yang menggugah dan membuat hari resah… Alah! Hags. Tapi, kata dosen gue (lagi), rating TV One udah bisa membalap Metro TV! WOW! Dengan kesalahan teknis yang gue temuin, ternyata mereka punya rating yang tinggi… Dasiat!! Hehehe…

Ya, mudah-mudahan aja TV One dan tipi-tipi lain bisa lebihbaik lagi. Gue bukan sok menjadi orang yang perfectionist, tapi gak ada salahnya memberikan koreksi agar menghasilkan perubahan yang lebih baik! Iya, gak Bang One??? ^^!

*dukung gerakan matikan TV’mu! Nyalakan yang perlu!*

.^_^.

0 komentar: